I. TUJUAN
a. Mahasiswa mengenal reaksi-reaksi identifikasi
kation-kation golongan II zat anorganik.
b. Mahasiswa
dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam setiap identifikasi
kation golongan II.
c. Mahasiswa dapat menuliskan persamaan-persamaan reaksi yang
terjadi.
II. DASAR TEORI
Kimia
analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi
zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu
sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan
dan mengidentifikasi sejumlah unsur. Analisis kuantitatif berurusan dengan
penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh
(Underwood, 1986).
Analisis
kualitatif dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu reaksi kering dan
reaksi basah. Reaksi kering biasanya digunakan pada zat padat,
sedangkan reaksi basah digunakan pada zat cair (larutan)
yang sebagian besar menggunakan pelarut air. Reaksi kering
hanya menyediakan informasi yang diperlukan dan informasi tersebut bersifat
jangka pendek, sedangkan reaksi basah dapat digunakan untuk analisis
makro, semi makro, dan mikro, sehingga banyak keuntungan yang
didapat, misalnya reaksi terjadi dengan cepat dan mudah dikerjakan. Perubahan
yang terjadi pada reaksi basah adalah terjadinya endapan, perubahan
warna larutan, dan timbulnya gas.
Kation-kation
golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan: sub-golongan tembaga dan
sub-golongan arsenik. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida
dalam ammonium polisulfida. Sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut dalam
reagensia ini, sulfida dari sub-golongan arsenik melarut dengan membentuk
garam tio.
Sub-golongan
tembaga terdiri dari merkurim(II), timbel(II), bismuth(III), tembaga(II) dan
kadmium(II). Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan
tembaga, sangat mudah larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonatnya tak
larut. Beberapa kation dari sub-golongan tembaga merkurium(II), tembaga(II) dan
kadmium(II) cenderung membentuk kompleks (amonia, ion sianida dan seterusnya).
Bismuth(III) adalah
logam putih kemerahan, kristalin, dan getas. Titik leburnya
271,5°C. Bismuth(III) tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh
potensial standarnya (0,2V), tetapi melarut dalam asam pengoksid seperti asam
nitrat pekat, dan asam sulfat. Garam-garam bismuth mudah terhidrolisis karena
bersifat sebagai basa lemah. Untuk mempertahankan bismuth(III) tetap
berada dalam larutan yang harus dilakukan adalah dengan mengasamkan larutan
tersebut. Kation Bi3+ dapat membentuk endapan hitam jika
direaksikan dengan reagen KI, endapan tersebut adalah BiI3.
Bi3+ +3I- →
BiI3↓ ...................(1)
Endapan ini mudah melarut dalam reagensia
berlebihan membentuk ion tetraiodobismutat berwarna jingga.
BiI3↓
+ I- ↔ [BiI4]-...................(2)
Kation Bi3+ akan
membentuk endapan putih bismuth(III) hidroksida bila direaksikan dengan larutan
NaOH.
Bi3+ +
3OH- → Bi(OH)3↓...................(3)
Endapan ini hanya sedikit sekali larut
dalam reagensia berlebihan dalam larutan dingin, 2-3 mg
bismuth (III) terlarut per 100 ml narium hidroksida (2M). Kation Bi3+ akan
membentuk garam basa putih dengan berbagai komposisi. Endapan ini tak larut
dalam reagensia berlebihan.
Bi3+ +
2NH3 + NO3- 2H2O→ Bi(OH)2NO3↓
+ 2NH4+............(4)
Merkurium(II) adalah
logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu kamar,
penghantar panas yang buruk, dan dapat bereaksi dengan oksigen. Unsur ini mudah
membentuk campuran logam dengan logam-logam yang lain seperti emas, perak, dan
timah (disebut juga amalgam). Logam ini banyak digunakan di laboratorium untuk
pembuatan termometer, barometer, pompa difusi dan alat-alat elektronik
lainnya. Selain itu, kegunaan lainnya adalah dalam membuat pestisida, soda
kaustik, produksi klor, gigi buatan, baterai dan katalis. Merkurium(II)
memiliki sifat tidak mudah larut. Kation Hg+dapat membentuk
endapan merah apabila direaksikan dengan KI.
Hg2+ + 2I- →
HgI2↓ ...................(5)
Endapan melarut dalam reagensia berlebihan
dan membentuk ion tetraiodomerkurat(II).
HgI2↓+
2I- → [ HgI4]2-...................(6)
Reaksi Hg(NO3)3 dengan
larutan amonia akan menghasilkan endapan putih dengan komposisi tercampur. Pada
dasarnya terdiri dari merkurium(II) oksida dan merkurium(II) amidonitrat.
2Hg2++4NH3+NO3-+H2O→HgO.Hg(NH)2NO3↓+3NH4+...................(7)
Natirum hidroksida apabila ditambahkan
dalam jumlah sedikit akan menghasilkan endapan merah kecoklatan. Jika
ditambahkan dalam jumlah stoikiometri endapan berubah menjadi kuning ketika
terbentuk merkurium(II) oksida.
Hg2+ +
2OH- → HgO↓ + H2O...................(8)
Tembaga(II) adalah logam merah muda yang lunak, dan dapat di tempa, serta melebur pada suhu 1038oC. Kareana potensial elektrode standarnya positif, ia tak larut dalam asam klorida san asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Reaksi Cu2+ dengan kalium iodida
menghasilkan endapan putih tembaga(I)iodida, tetapi larutannya berwarna coklat
tua karena terbentuknya ion-ion triiodida.
2
Cu2+ + 5I- → 2CuI↓ + I3-...................(9)
Endapan biru tembaga(II)hidroksida
terbentuk apabila Cu2+ direaksikan dengan natirum hidroksida
dalam larutan dingin.
Cu2+ + 2OH- →
Cu(OH)2↓...................(10)
Endapan ini tak larut dalam reagensia
berlebihan. Larutan amonia bila ditambahkan sedikit ke Cu2+akan
menghasilkan endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa).
2Cu2+ +SO42- +
2NH3 + 2H2O→ Cu(OH)2CuSO4↓ +
2NH4+...................(11)
Endapan ini akan larut dalam reagensia
berlebihan menjadi biru tua yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks
tetraaminokuprat(II).
Cu(OH)2CuSO4↓ +
8NH3→2[ Cu(NH3)4]2+ + SO42-+
2OH-...................(12)
Kadmium(II) adalah logam putih keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Ia melarut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen (disebabkan potensial elektrodenya yang negatif). Reaksi antara Cd2+ dengan larutan kalium iodida tidak membentuk endapan (perbedaaan dari tembaga). Endapan putih kadmium(II) hidroksida akan terbentuk apabila direaksikan dengan natrium hidroksida.
Kadmium(II) adalah logam putih keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Ia melarut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen (disebabkan potensial elektrodenya yang negatif). Reaksi antara Cd2+ dengan larutan kalium iodida tidak membentuk endapan (perbedaaan dari tembaga). Endapan putih kadmium(II) hidroksida akan terbentuk apabila direaksikan dengan natrium hidroksida.
Cd2+ 2OH- →
Cd(OH)2↓................... (13)
Endapan ini tak larut dalam reagensia
berlebihan. Endapan putih kadmium(II) hidroksida terbentuk apabila
direaksikan dengan larutan amonia.
Cd2+ + 2NH3 +
2H2O ↔ Cd(OH)2↓ + 2NH4+...................(14)
Endapan melarut dalam asam yang menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke kiri. Reagensia berlebihan melarutkan endapan. Kemudian ion-ion
tetraaminakadmium(II) terbentuk dan tidak berwarna. Kation Cd2+ tidak membentuk endapan jika
direaksikan dengan KI.
Sub-golongan arsenik terdiri dari
ion arsenik(III) dan (V), stibium (III) dan stibium(V),
timah(II) dan timah(IV). Ion-ion ini memiliki sifat amfoter : oksidanya
membentuk garam baik dengan asam maupun basa. Jadi, arsenik(III) oksida
dapat dilarutkan dalam asam klorida dan terbentuk kation arsenik(III).
As2O3 +
6HCl → 2As3+ + 6Cl- + 3H2O...................(15)
Sementara itu, arsenik(III) larut pula dalam natrium
hidroksida, yang manaterbentuk ion arsenat.
As2O3 +
6OH- → 2As2O33- + 3H2O................... (16)
Melarutnya sulfida dalam amonium polisulfida dapat
dianggap sebagai pembentukan garam tio dari asam tio anhidrat. Jadi, melarutnya
sulfida (asam tio anhidrat) mengakibatkan terbentuknya ion-ion amonium dan
tioarsenit (amonium tioarsenit : suatu garam tio).
As2S3 +
3S2- → 2AsS33-...................(17)
Semua sulfida dari golongan arsenik larut dalam ammonium
sulfida (tak berwarna), kecuali timah(II) sulfida : untuk melarutkan yang
terakhir ini, diperlukan ammonium polisulfida, yang bertindak sebagian sebagai
zat pengoksid, sehingga terbentuk ion tiostanat
SnS + S22- →
SnS32-...................(18)
Ion-ion arsenik(III),
stibium(III)dan timah(II), dapat dioksidasikan menjadi ion arsenik(V),
stibium(V) dan timah(IV). Di lain pihak, ion yang terakhir ini dapat direduksi
oleh zat-zat pereduksi yang sesuai. Besarnya potensial oksidasi-reduksi dari
sistem arsenik(III) dan arsenik(V), dan stibium(III) dan stibium(V)
bergatung pH, maka oksidasi atau reduksi ion yang bersangkutan dapat
dibantu dengan memilih pH yang sesuai untuk reaksi tersebut (Vogel : 222).
Pada praktikum kali ini, reagensia
yang digunakan terdiri dari tiga jenis larutan yaitu, larutan KI encer dan
pekat, larutan NH3 encer dan pekat, dan larutan NaOH.
Masing-masing reagen memiliki sifat fisik dan kimia berbeda. Kalium dalah logam
putih-perak yang lunak. Logam ini melebur pada suhu 63,5°C. Ia tetap tak
berubah dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam udara lembab,
menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru. Logam ini menguraikan air dengan
dahsyat, sambil melepaskan hidrogen dan terbakar dengan nyala lembayung :
2K+ +
2H2O → 2K+ + 2OH- + H2 ↑...................(19)
Kalium biasanya disimpan dalam pelarut
nafta. Garam-garam kalium mengandung kation monokovalen K+.
Garam-garam biasanya larut dan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali
anionnya berwarna (Vogel : 312).
Ion-ion
amonium diturunkan dari amonia, NH3 dan ion hidrogen H+.
Ciri-ciri khas ion ini adalah serupa dengan ciri-ciri khas ion logam-logam
alkali. Dengan elektrolisis memakai katode dari merkurium dapat dibuat amonium
amalgam, yang mempunyai sifat-sifat serupa dengan amalgam dari natrium atau
kalium. Garam-garam amonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang larut dalam
air, dengan membentuk larutan yang tak berwarna. Dengan pemanasan, semua garam
amonium terurai menjadi amonia dan asam yang sesuai (Vogel : 308).
Natrium
adalah logam putih perak yang lunak dan melebur pada suhu 97,5°C. Natrium
terokidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam
seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan
air, memebentuk natrium hidroksida dan hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium
berada sebagai kation monokovalen Na+. Garam-garam ini membentuk
larutan tak berwarna kecuali jika anionnya berwarna (Vogel : 310).
Sifat
fisika dan kimia pada reagen dan kation dapat digunakan untuk mengembangkan
suatu metode analisis kualitatif menggunakan alat-alat yang sederhana yang
dimiliki hampir semua laboratorium. Sifat fisika yang dapat diamati langsung
seperti warna, bau, terbentuknya gelembung gas atau pun endapan merupakan
informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya.
Analisis
kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi kimia seperti
reaksi asam basa, redoks, kompleks, dan pengendapan. Hukum kesetimbangan massa
sangat berguna untuk menentukan ke arah mana reaksi berjalan. Dalam bahasan
berikut akan diberikan tinjauan ringkas tentang prinsip-prinsip reaksi dan
bagaimana kegunaanya dalam analisis kualitatif.
a. Kesetimbangan
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi berikut:
aA + Bb
→ cC + dD
K = [C]c + {D]d
[A]a + [B]b
Nilai
K tersebut konstan pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam analisis kualitatif
nilai K tersebut dapat digunakan untuk menggeser kesetimbangan ke arah reaksi
yang dikehendaki. Kesetimbangan kimia dapat digeser ke arah pembentukan hasil reaksi
dengan menambahkan lebih banyak pereaksi atau dengan mengeluarkan salah satu
hasil reaksi dari sistem kesetimbangan. Dalam praktiknya, hal ini berarti
menambahkan pereaksi-pereaksi dengan berlebih, atau mengeluarkan hasil reaksi
dari fase larutan misalnya dengan pengendapan, penguapan atau pun ekstraksi.
Pergeseran kesetimbangan juga dapat dilakukan dengan cara merubah suhu atau pun
tekanan.
b. Reaksi Pengendapan
Suatu
pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut, maka setelah
dilakukan penyaringan terhadap endapan tebentuk dua kelompok campuran yang
massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi
saat pengidentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari
zat semula dan berbeda sifat fisiknya (Harjadi, 1993).
Banyak
reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa
kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan
warna yang berbeda-beda. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama
dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada
berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis
pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti
penting dalam analisis kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalamwadah
terbuka pada tekanan atmosfer.
Kenaikan
suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada beberapa endapan,
seperti kalsium sulfat. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi
bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal
dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan
adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam praktiknya ini dilakukan dengan
memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih, tetapi penambahan pereaksi
berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu
melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena, adanya pembentukan kompleks yang
dapat larut dengan ion sekutu tersebut, sedangkan adanya ion asing menyebabkan
kelarutan endapan menjadi sedikit bertambah, kecuali jika terjadi reaksi kimia
antara endapan dengan ion asing. Perubahan kelarutan yang disebabkan oleh
komposisi pelarut mempunyai sedikit arti penting dalam analisis
kualitatif. Meskipun kebanyakan pengujian dilakukan dalam larutan air, dalam
beberapa hal lebih menguntungkan jika digunakan pelarut lain misalnya pelarut
organik seperti alkohol, eter, dan lain-lain. Hasil kali kelarutan suatu
endapan yang dipangkatkan dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing
ion bersangkutan menghasilkan tetapan yang dikenal dengan Ksp. Misalnya, jika
endapan perak kloridaada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya:
AgCl
→ Ag+ + Cl-
Maka Ksp = [Ag+] [Cl-]
Tetapan ini dalam analisis kualitatif
mempunyai nilai yang berarti, karena tidak saja dapat menerangkan, tetapi juga
dapat membantu meramalkan reaksi-reaksi pengendapan. Jika hasil kali ion lebih
besar dari hasil kali kelarutan suatu endapan, maka akan terbentuk endapan,
sebaliknya jika hasil kali ion lebih kecil dari hasil kali kelarutan maka
endapan tidak akan terbentuk.
c. Asam Basa
Asam
secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkandalam air
mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen, sedangkan basa mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami
disosiasi sempurna merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO3,
NaOH dan KOH. Sebaliknyabila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka
disebut asam ataubasa lemah, misalnya asam asetat, asam sulfida dan amonium
hidroksida.
Dalam
analisa kualitatif sering kita perlu mempertahankan konsentrasi hidrogen pada
nilai tertentu. Misalnya, jika diperlukan suasana yang bersifat asam kuat (pH
0-2) atau basa kuat (pH 12-14) dapat dicapai dengan menambahkan asam kuat atau
basa kuat secukupnya, tetapi jika pH larutan harus dipertahankan misalnya pada
pH 4, maka cara diatas tidak dapat dilakukan. Cara yang tepat untuk
mempertahankan kondisi larutan yang sedikit asam atau sedikit basa adalah
dengan penambahan larutan buffer. Larutan buffer yang sering digunakan dapat
dibuat dengan melarutkan asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya,
misalnya asam asetat dan natrium asetat atau amonia dan amonium klorida.
d. Reaksi Pembentukan Kompleks
Pelaksanaan
analisis kualitatif anorganik banyak digunakan reaksi-reaksi yang melibatkan
pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu
atom pusat dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom pusat tersebut. Atom
pusat memiliki bilangan koordinasi tertentu yang menunjukkan jumlah ruangan
yang tersedia di sekitar atompusat. Pembentukan kompleks dalam analisis
kualitatif digunakan untuk :
1. Uji-uji spesifik
Beberapa
reaksi pembentukan kompleks yang sangat peka dan spesifik dapat digunakan untuk
identifikasi ion. Berikut ini reaksi pembentukan kompleks yang sering digunakan
dalam analisis kualitatif :
Cu2+(biru) + 4NH3 →
[Cu(NH3)4]2+(biru tua)
2. Pelarutan Kembali Endapan
Pembentukan
kompleks dapat menyebabkan kenaikan kelarutan, sehingga suatu endapan
dapat larut kembali. Contohnya pada endapan AgCl jika ditambahkan NH3 maka endapan tersebut akan larut kembali. Hal
ini terjadi karena terbentuknya kompleks Ag+ dengan
NH3 membentuk kompleks [Ag(NH3)2]+.
III.
PROSEDUR KERJA
a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Spatula
5. Botol reagen
6. Penanga spirtus
7. Botol aquades
8. Beaker glass
9. Sikat
10. Penjepit tabung reaksi
11. Pemantik api
b. Bahan
1. Larutan Bi(NO3)3
2. Larutan Hg(NO3)2
3. Larutan CdSO4
4. Larutan CuSO4
5. Larutan Aquades
6. Larutan KI
7. Larutan NaOH
8. Larutan NH4OH
IV. ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN
a. Analisis Data
Tabel
I.1 Cara Kerja Kation Golongan II
Cara Kerja
|
Reaksi Ion
|
Pengamatan
|
Kation Golongan II
1.
Bismuth ( Bi3+)
a.
Lar. Bi(NO3)3
+ lar. KI (encer) satu
tetes kemudian berlebih
b.
Lar. Bi(NO3)3
+ lar. KI (pekat) satu
tetes kemudian berlebih
c.
Lar. Bi(NO3)3
+ lar. KI (encer) satu
tetes kemudian berlebih dan dipanaskan
d.
Lar. Bi(NO3)3
+ lar. KI (pekat) satu
tetes kemudian berlebih dan dipanaskan
e.
Lar. Bi(NO3)3
+ Lar. NH3 (encer) satu tetes kemudian berlebih
f.
Lar. Bi(NO3)3
+ Lar. NH3 (pekat) satu tetes kemudian berlebih
g.
Lar. Bi(NO3)3
+ lar. NaOH satu tetes
kemudian berlebih
|
Bi3+ + 3I-
→ BiI3↓
BiI3↓ + I-
↔ [BiI4]-
Bi3+ + 2NH3
+ NO3- 2H2O→ Bi(OH)2NO3↓
+ 2NH4+
Bi3+ + 3OH-
→ Bi(OH)3↓
|
Endapan hitam, larutan bening
Endapan hitam, larutanJingga
Endapan putih dan larutan merah
Endapan putih dan larutan merah
Endapan putih
Endapan putih
Endapan putih
|
2.
Merkuri (Hg2+)
a.
Lar. Hg(NO3)2+ lar. KI (encer) satu tetes
b.
Lar. Hg(NO3)2+ lar. KI (encer) berlebih
c.
Lar. Hg(NO3)2+ lar. KI (pekat) satu tetes kemudian berlebih
d.
Lar. Hg(NO3)2+ lar. NaOH satu tetes
e.
Lar. Hg(NO3)2+ lar. NaOH berlebih
f.
Lar. Hg(NO3)2+ lar. NH3(encer) satu tetes kemudian berlebih
g.
Lar. Hg(NO3)2+ lar. NH3(pekat) satu tetes kemudian berlebih
|
Hg2+ + 2I-
→ HgI2↓
HgI2↓+ 2I-
→ [ HgI4]2-
Hg2+ 2OH-
→ HgO↓ + H2O
2Hg2+ +4
NH3+ NO3- + H2O→HgO.Hg(NH)2NO3↓
+ 3NH4+
|
Endapan merah bata
Endapan larut, larutan kuning
Tidak terbentuk endapan dan larutan kuning
Endapan kuning dan larutan kuning
Endapan merah kecoklatan
Endapan putih
Endapan putih
|
3.
Kadmium ( Cd2+)
a.
Lar. CdSO4 + lar. NaOH
satu tetes kemudian
berlebih
b.
Lar. CdSO4 + lar. NH3 (encer) satu tetes kemudian berlebih
c.
Lar. CdSO4 + lar. NH3 (pekat) satu tetes
d.
Lar. CdSO4 + lar. NH3 (pekat) berlebih
e.
Lar. CdSO4 + lar. KI (encer) satu tetes kemudian berlebih
|
Cd2+ 2OH-
→ Cd(OH)2↓
Cd2+ + 2NH3
+ 2H2O ↔ Cd(OH)2↓ + 2NH4+
|
Endapan putih melayang-layang
dan menyebar dilarutan
Endapan putih
Endapan putih
Larutan bening
Tidak terbentuk endapan
|
4.
Tembaga ( Cu2+)
a.
Lar. CuSO4 + lar. NaOH
satu tetes kemudian
berlebih
b.
Lar. Cu SO4 + lar. NH3
(encer) satu
tetes
c.
Lar. Cu SO4 + lar. NH3
(encer)
berlebih
d.
Lar. Cu SO4 + lar. NH3
(pekat) satu
tetes kemudian berlebih
e.
Lar. Cu SO4 + lar. KI (encer) satu tetes kemudian berlebih
f.
Lar. Cu SO4 + lar. KI (pekat) satu tetes kemudian berlebih
|
Cu2+ + 2OH-
→ Cu(OH)2↓
2Cu2+ +SO42-
+ 2NH3 + 2H2O→ Cu(OH)2CuSO4↓
+ 2NH4+
Cu(OH)2CuSO4↓ + 8NH3
→2[ Cu(NH3)4]2+ + SO42-
+ 2OH-
2 Cu2+ +
5I- → 2CuI↓ + I3-
|
Endapan biru muda
Endapan biru
Endapan biru tua
Larutan biru tua
Endapan putih dan larutan coklat tua
Endapan putih dan larutan coklat tua
|
b. Pembahasan (Siti Ermi)
1) Bismuth ( Bi3+)
Bismuth
adalah logam yang berwarna putih-kemarahan, kristalin, dan getas. Titik
leburnya 271,5oC. Ia tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh
potensial standarnya (0,2 V), tetapi melarut dalam asam pengoksid seperti asam
nitrat pekat, air raja, atau asam sulfat pekat.
Reaksi
larutan Bi(NO3)3 dengan larutan KI (encer) satu
tetes akan mengahasilkan endapan hitam. Karena hal ini sesuai dengan literatur
dimana jika larutan Bi(NO3)3 direaksikan dengan KI
(encer) akan membentuk endapan hitam (BiI3↓). (Vogel ; 225)
Bi3+ +
3I- → BiI3↓ ..........(1)
Akan tetapi ada perbedaan warna endapan
maupun larutan yang dihasilkan pada reaksi nomor 1. Apabila Bi(NO3)3 direaksikan
dengan KI (encer) berlebih maka endapan hitam (BiI3↓) tersebut
melarut dalam reagensia yakni menjadi larutan bening. Hal ini menandakan
bahwa konsentrasi dan volume reagen dari pereaksi (reagen) mempengaruhi
terjadinya perbedaan hasil reaksi.
Perlakuan
yang sama dilakukan pada reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan
larutan KI (pekat) 15 % satu tetes akan menghasilkan endapan hitam. Karena hal
ini sesuai dengan literatur dimana jika larutan Bi(NO3)3 direaksikan
dengan KI (pekat) akan membentuk endapan hitam (BiI3↓). (Vogel
; 225)
Bi3+ +
3I- → BiI3↓
Akan tetapi ada perbedaan warna endapan
maupun larutan yang dihasilkan antara Bi(NO3)3 yang
direaksikan dengan KI (pekat) satu tetes maupun KI (pekat) berlebih. Apabila
Bi(NO3)3 direaksikan dengan KI (pekat) berlebih maka
endapan hitam (BiI3↓) tersebut mudah melarut dalam reagensia yang
berlebihan dan terbentuk ion tetraiodobismutat yang berwarna jingga.
BiI3↓
+ I- ↔ [BiI4]-..........(2)
Hal ini menandakan bahwa konsentrasi
dari perekasi (reagen) mempengaruhi terjadinya perbedaan hasil reaksi. Karena
larutan pekat mempunyai konsentrasi yang tinggi, sedangkan larutan encer mempunyai konsentrasi yang lebih rendah. Larutan dengan konsentrasi tinggi berarti memerlukan lebih banyak zat terlarut daripada larutan dengan konsentrasi rendah. Jenis kation Bismuth berwarna putih-kemarahan, tetapi ketika
mengendap warna endapannya hitam. Terbentuknya logam bismut yang berwarna hitam
sering sekali digunakan untuk menentukan adanya bismut. Bismuth larut di dalam
HNO3 6M panas dan 18 M H2SO4 panas.
Kemudian
apabila endapan (BiI3↓) ditambahkan dengan KI (encer) satu tetes
menghasilkan endapan berwarna hitam lalu dipanaskan selama +10
detik berubah menjadi endapan putih dan terdapat warna ungu
disekitar tabung reaksinya. Hasil yang sama terjadi pada larutan KI (pekat)
satu tetes. Pemanasan berperan dalam melepaskan iodin menjadi gas. Hal ini
menghasilkan gas berwarna ungu dan endapan berubah warna menjadi putih.
BiI3↓
+ I- ↔ [BiI4]-
Reaksi
larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NH3 (encer)
satu tetes akan menghasilkan endapan putih. Hasil yang sama terjadi pada
larutan NH3 (encer) berlebih. Karena hal ini sesuai dengan
literatur dimana jika larutan Bi(NO3)3 direaksikan
dengan NH3 (encer) akan membentuk endapan putih (Bi(OH)2NO3↓).
(Vogel ; 226)
Bi3+ +
2NH3 + NO3- + 2H2O→
Bi(OH)2NO3↓ + 2NH4+ ..........(3)
Reaksi
larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NH3 (pekat)
satu tetes akan menghasilkan endapan putih. Hasil yang sama terjadi pada
larutan NH3 (pekat) berlebih, keduanya menghasilkan endapan
berwarna putih. Karena larutan NH3 merupakan “larutan
basa dan menghasilkan endapan bismut hidroksida,
yang mana endapan ini tidak larut
dengan kelebihan atau penambahan reagen. (Vogel; 24).
Reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NaOH satu
tetes kemudian berlebih akan menghasilkan endapan putih. Karena larutan Natrium
Hidroksida (NaOH) dan Amonia (NH3) merupakan larutan basa dan
menghasilkan endapan bismut hidroksida, yang mana
endapan ini tidak larut dengan kelebihan atau
penambahan reagen.
Bi3+ +
3OH- → Bi(OH)3↓ ..........(4)
Endapan hanya sedikit sekali larut dalam
reagensia berlebihan dalam larutan dingin, 2-3 mg bismuth terlarut per 100 ml
natrium hidroksida (2M). Hidroksida ini larut dengan asam kuat yang pekat.
(Vogel ; 226).
Adapun reaksinya sebagai berikut :
Bi(OH)3↓
+ 3H+ → Bi3+ + 3H2O
2) Merkuri (Hg2+)
Merkurium adalah logam cair yang putih keperakan pada suhu biasa, dan mempunyai
rapatan 13,534 g.ml-1pada 250C. Ia tak dipengaruhi asam
klorida atau asam sulfat encer (2M), tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat.
Asam nitrat yang dingin dan sedang pekatnya (8M), dengan merkurium yang
berlebihan menghasilkan ion merkurium (I), dengan asam nitrat pekat panas yang
berlebihan, terbentuk ion merkurium (II).
Reaksi
larutan Hg(NO3)2 dengan larutan KI (encer) satu
tetes akan menghasilkan endapan merah bata. Karena hal ini sesuai dengan
literatur dimana jika larutan Hg(NO3)2direaksikan dengan
KI (encer) akan membentuk endapan merah bata (HgI2↓ ).
(Vogel ; 225)
Hg2+ +
2I- → HgI2↓ ..........(5)
Kemudian endapan HgI2↓
ditambahkan dengan larutan KI (encer) belebih maka endapan merah bata akan
melarut dan larutan berwarna kuning. Karena ion Hg2+ bereaksi
dengan ion iodida menghasilkan endapan merah dari HgI2,
yang larut dengan mudah dengan kelebihan
reagen membentuk ion kompleks HgI42- yang berwarna
kuning.
HgI2↓+
2I- → [ HgI4]2- ..........(6)
Reaksi
larutan Hg(NO3)2 dengan larutan KI (pekat) satu
tetes kemudian berlebih tidak terbentuk endapan dan larutan berwarna
kuning. Hal ini menandakan bahwa konsentrasi dari perekasi (reagen)
mempengaruhi terjadinya perbedaan hasil reaksi.
Reaksi
larutan Hg(NO3)2 dengan larutan NH3 (encer)
satu tetes kemudian berlebih akan menghasilkan endapan putih. Hasil yang sama
terjadi pada larutan NH3 (encer) berlebih. Karena terbentuk
endapan putih yang sangat cepat larut dengan garam basa amido seperti
HgNH2Cl, akan tetapi tidak larut
dengan kelebihan reagensia. Garam ini larut dalam asam.
2Hg2+ +4
NH3+ NO3- + H2O→HgO.Hg(NH)2NO3↓ + 3NH4+ ..........(7)
Garam ini, seperti kebanyakan
senyawa-senyawa merkurium, bersublimasi pada tekanan atmosfer. (Vogel ; 224)
Reaksi
larutan Hg(NO3)2 dengan larutan NaOH satu tetes akan
menghasilkan endapan kuning dan larutan kuning. Karena reagensia
ini memperoleh endapan kuning dari HgO,
yang tidak larut dengan kelebihan basa,
tetapi dengan kelebihan asam larut. (Slowinski, JE; 1990:
25).
Hg2+ 2OH- →
HgO↓ + H2O ..........(8)
Reaksi
larutan Hg(NO3)2 dengan larutan NaOH berlebih akan
menghasilkan endapan merah kecokelatan. Hal ini menandakan bahwa
konsentrasi dari perekasi (reagen) mempengaruhi terjadinya perbedaan hasil
reaksi. (Vogel ; 235)
3) Kadmium ( Cd2+)
Kadmium
adalah logam putih keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Ia melebur pada 321oC.
Ia melarut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen
(disebabkan potensial elektronnya negatif). Kadmium membentuk ion bivalen yang
tak berwarna. Kadmium klorida, nitrat, dan sulfat larut dalam air, sulfidanya
tak larut dan berwarna kuning khas.
Reaksi
larutan CdSO4 dengan larutan KI (encer) satu tetes
kemudian berlebih maka tidak terbentuk endapan. Karena CdSO4 tidak
bereaksi dengan KI (encer). Sehingga tidak terbentuk endapan.
Reaksi
larutan CdSO4 dengan larutan NH3 (encer)
satu tetes kemudian berlebih akan menghasilkan endapan putih. Karena ion Cd2+ bereaksi
dengan ion hidroksida menghasilkan endapan putih dari Cd(OH)2.
Cd2+ +
2NH3 + 2H2O ↔ Cd(OH)2↓ + 2NH4+ ..........(9)
Reaksi
larutan CdSO4 dengan larutan NH3 (pekat)
satu tetes akan menghasilkan endapan putih. Karena ion Cd2+ bereaksi
dengan ion hidroksida menghasilkan endapan putih dari Cd(OH)2. Sementara
itu, reaksi larutan CdSO4 dengan larutan NH3 (pekat)
berlebih akan menghasilkan larutan bening. Karena endapan melarut dalam asam,
dimana kesetimbangan bergeser ke kiri. Reagensia yang berlebihan melarutkan
endapan, dan terbentuk tetraaminakadmium (II) kompleks ini tak berwarna (bening).
(Vogel; 235).
Cd(OH)2↓
+ 4NH3 → [Cd(NH3)4]2+ +
2OH-..........(10)
Reaksi
larutan CdSO4 dengan larutan NaOH satu tetes kemudian
berlebih akan menghasilkan endapan putih melayang-layang dan menyebar
dilarutan. Endapan putih diperoleh dari Cd(OH)2. Karena endapan tak
larut dalam reagensia berlebihan, warna dan komposisinya tetap tak berubah bila
dididihkan. Asam encer melarutkan endapan dengan menggeser kesetimbangan ke
kiri.
Cd2+ 2OH- →
Cd(OH)2↓ ..........(11)
4) Tembaga ( Cu2+)
Tembaga
adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada
1038oC. Karena poensial elektrode standarnya positif (+0,34 V untuk
pasangan Cu/Cu2+). Ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat
encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat (8M),
asam sulfat dan air raja dengan mudah melarutkan tembaga. (Vogel ; 229)
Reaksi
larutan CuSO4 dengan larutan KI (encer) satu tetes
kemudian berlebih akan menghasilkan endapan putih dan larutan cokelat tua.
Hasil yang sama terjadi pada larutan KI (pekat) satu tetes kemudian berlebih
karena terbentuknya ion-ion tri-iodida (iod).
2
Cu2+ + 5I- → 2CuI↓ + I3- ..........(12)
Reaksi
larutan CuSO4 dengan larutan NH3 (encer)
satu tetes akan menghasilkan endapan biru. Karena volume larutan NH3 (encer)
yang ditambahkan sangat sedikit (satu tetes) sehingga endapannya berwarna biru.
2Cu2+ +SO42- +
2NH3 + 2H2O→ Cu(OH)2CuSO4↓ +
2NH4+ ..........(13)
Reaksi
larutan CuSO4 dengan larutan NH3 (encer)
berlebih akan menghasilkan larutan biru tua. Hasil yang sama terjadi pada larutan
NH3 (pekat) satu tetes kemudian berlebih akan menghasilkan
larutan biru tua. Karena volume reagen yang ditambahkan berlebihan, sehingga
warnanya biru tua disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks
tetraaminokuprat (II).
Cu(OH)2CuSO4↓
+ 8NH3→ 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- +
2OH-..........(14)
Reaksi
larutan CuSO4 dengan larutan NaOH satu tetes kemudian
berlebih akan menghasilkan larutan biru muda. Karena ion Cu2+ bereaksi
dengan ion hidroksida menghasilkan endapan biru muda dari Cu(OH)2 dan
bila dilarutkan dengan NaOH yang pekat
dapat membentuk larutan kompleks dari Cu(OH)42-.
Cu2+ +
2OH- → Cu(OH)2↓..........(15)
V.
SIMPULAN
DAN SARAN
a.
Simpulan
1. Bismuth (III), merkurium (II), cadmium (II), dan tembaga (II)
merupakan kation golongan II zat anorganik, sedangkan KI, NH4OH, dan
NaOH merupakan reagen.
2. Perubahan yang terjadi pada identifikasi kation golongan II saat
ditetesi reagen adalah terbentuknya endapan dan perubahan warna larutan.
3. Persamaan-persamaan
reaksi yang terjadi pada kation golongan II adalah sebagai berikut.
Ø Bi3+
+ 3I- → BiI3↓ endapan hitam
Ø
BiI3↓ + I- ↔ [BiI4]- endapan putih, larutan merah
Ø Bi3+
+ 2NH3 + NO3- 2H2O→ Bi(OH)2NO3↓
+ 2NH4+
endapan putih
Ø
Bi3+ + 3OH- →
Bi(OH)3↓ endapan
putih
Ø
Hg2+ + 2I- → HgI2↓ endapan putih
Ø
HgI2↓+ 2I- → [ HgI4]2- endapan melarut
Ø
Hg2+ 2OH- → HgO↓ +
H2O endapan kuning,
larutan kuning
Ø 2Hg2+
+4 NH3+ NO3- + H2O→HgO.Hg(NH)2NO3↓
+ 3NH4+endapan
putih
Ø
Cd2+ 2OH- → Cd(OH)2↓ endapan putih
Ø
Cd2+ + 2NH3 + 2H2O
↔ Cd(OH)2↓ + 2NH4+ endapan putih
Ø
Cu2+ + 2OH- →
Cu(OH)2↓ endapan
biru muda
Ø
2Cu2+ +SO42- +
2NH3 + 2H2O→ Cu(OH)2CuSO4↓ + 2NH4+endapan biru muda
Ø
2 Cu2+ + 5I- →
2CuI↓ + I3-endapan
putih, larutan coklat tua
b.
Saran
1. Memastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam kondisi baik
sebelum melakukan praktikum.
2. Pengambilan
kation dan reagen menggunakan pipet yang berbeda di setiap larutannya
sesuai dengan label.
3. Berhati-hati dalam meletakkan pipet agar ujung pipet yang satu
dengan yang lain tidak saling bersentuhan, karena bisa menyebabkan sisa reagen
yang ada pada pipet yang satu dengan pipet yang lain bereaksi yang tentunya
dapat mempengaruhi hasil praktikum.
4. Berhati-hati saat
menggunakan maupun membersihkan tabung reaksi karena mudah retak.
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Erlangga:
Jakarta.
Jr, R.A. Day dan
A. L. Underwood. 1986. Analisis Kimia
Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Slowinski, JE; 1990, Qualitatif Analysis and the
Properties of ions in Aqueous
Solution, Eds II, America: Saunder College Publishing.
Svhela, G.1990.Vogel Bagian Satu Buku
Teks Analisis Anorganik Kulitatif Makro dan Semi mikro edisi ke lima.Jakarta:
PT. Kalman Media Pustaka.
Widodo, Didik
Setiyo dan Retno Ariadi Lusiana. 2010. Kimia
Analisis Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://digilib.unimed.ac.id/
Laporan
Praktikum Kation Golongan II/ diakses
pada tanggal 27 Maret 2016 pukul 09.48 WIB.
Semarang, 19
Maret 2016
Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3
Siti Ermi Waliyuddin S. Heti Puspawati
NIM 5213415011 NIM 5213415037 NIM
5213415039
Mengetahui,
Dosen Pengampu
Prima
Astuti Handayani, S.T., M.T.
NIP
197203252000032001